Toxic Friendship "Persahabatan Beracun"

  Toxic friendship merupakan hubungan persahabatan yang tidak sehat, lebih banyak membawa dampak buruk untuk teman sekitar. Selama kamu berada dalam ruang lingkup persahabatan seperti ini, kamu akan merasa temanmu ini benar-benar baik atau tidak.

  Riveni Wajdi menyebutkan dalam skripsinya (2021:9) bahwa toxic friendship dapat disadari saat persahabatan yang dilalui selalu membuat diri kita merasa buruk atau negatif. Bukannya bersifat mendukung, toxic friendship malah membuat kita tidak berdaya. Bahkan lebih parahnya kita hanya membiarkan ini terjadi begitu saja. 

   Susan Heitler mengemukakan ada 8 kriteria seseorang berada dalam toxic friendship, diantaranya:

  1. Menganggap adanya persaingan;
  2. Ketidakseimbangan dalam waktu bersama;
  3. Memberikan kritik dengan merasa benar sendiri;
  4. Intensitas interaksi;
  5. Meminta anda untuk berubah;
  6. Baik jika anda baik, dan berubah jika tidak sesuai;
  7. Tidak dapat mengungkapkan emosional yang dialami;
  8. Memperburuk kondisi stress yang anda alami.
      Susan Heitler juga mengatakan bahwa ketika berada dalam persahabatan yang sehat, itu meningkatkan sistem kekebalan. Tapi persahabatan beracun itu memuakkan. Friends are supposed to add your life, not take away from it.

      Realitanya problematika persahabatan ini sering ditemui dalam cirlce pertemanan. Tidak sedikit yang merasakan dampak negatif toxic friendship seperti merasa telah dimanfaatkan, cemas, stress, mudah overthinking, hilangnya sebuah kepercayaan, dan tidak menjadi diri sendiri. Jika terjadi hal begini, tentu jangan dibiarkan begitu saja dan terjebak terlalu lama dalam toxic friendship.

         Ahli psikologi yakni Dr. Andrea Bonior dalam bukunya berjudul "Friendship, Made Fabulous Again" mengatakan bahwa pertemanan itu bersifat equal (sama), saling berbagi dan tidak merugikan secara mental. Kalau ternyata temanmu tidak memenuhi kriteria tersebut, jangan ragu memberikan batasan dengan segera. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Shaming isn't a Joke

Bolehkah Penggunaan Alat Kontrasepsi Sterilisasi Dalam Perkawinan? Ini Aturannya Menurut Fatwa MUI

The Polygamy Principle in Islam and law